1.15KW BTS Sistem Tenaga Surya Stasiun Basis Seluler Bertenaga Surya Hibrid

Deskripsi Produk

BTS seluler bertenaga surya

Energi Surya-RF Hibrid untuk Stasiun Transceiver Basis

Peningkatan penyebaran jaringan seluler di seluruh dunia telah membawa dua masalah ke depan: biaya energi untuk menjalankan jaringan ini dan dampak lingkungan yang terkait.Selain itu, sebagian besar pertumbuhan jaringan seluler baru-baru ini terjadi di negara berkembang, di mana tidak tersedianya jaringan listrik yang andal memaksa operator untuk menggunakan sumber daya seperti generator diesel untuk tenaga, yang tidak hanya meningkatkan biaya pengoperasian tetapi juga menyebabkan polusi.BTS seluler yang didukung oleh sumber energi terbarukan seperti tenaga surya telah muncul sebagai salah satu solusi yang menjanjikan untuk masalah ini.

Saat ini, lebih dari dua miliar orang, yang merupakan sepertiga dari 6,6 miliar populasi dunia, hidup tanpa pasokan listrik yang cukup.Afrika, Amerika Selatan, Asia Selatan, dan Asia Tenggara adalah wilayah utama di mana pasokan listrik tidak memadai.Misalnya, di Filipina dan Indonesia yang memiliki banyak pulau, tidak mungkin membangun jaringan listrik skala besar yang mencakup semua pulau kecil ini.

Di daerah lain, di mana jaringan listrik tegangan tinggi utama dibangun, pasokan listrik tidak stabil, dan anggaran yang besar diperlukan untuk meningkatkan dan mereformasi jaringan listrik.Untungnya, terdapat sumber daya energi terbarukan yang melimpah seperti matahari, angin, dan sebagainya di banyak negara berkembang.Akan jauh lebih ekonomis untuk menerapkan sistem tenaga listrik secara luas dengan menggunakan energi terbarukan di daerah terpencil daripada membangun jaringan listrik tegangan tinggi di daerah yang luas.Di wilayah yang kaya akan sumber daya surya seperti Afrika, Asia Selatan, Asia Tenggara, Australia, dan Amerika Tengah, sistem tenaga surya adalah pilihan ideal karena menghasilkan listrik untuk memasok area terdekat dan menghemat peralatan mahal seperti jaringan listrik bertegangan tinggi, transformer, dll.

Sistem Daya untuk Stasiun Basis Jarak Jauh

Secara umum sistem tenaga listrik daerah terpencil terdiri dari pembangkit listrik, penyimpanan energi, konversi energi, dan peralatan manajemen.Peralatan pembangkit energi meliputi generator diesel, susunan fotovoltaik, generator angin, dan generator hidrolik.Peralatan penyimpanan termasuk paket baterai dan bank penyimpanan energi.Peralatan konversi dan manajemen energi terdiri dari konverter DC dan sakelar inverter.

Generator diesel merupakan sumber tenaga utama di daerah terpencil.Beban harus dipertahankan pada 60-70% dari kapasitas tetapan untuk memaksimalkan efisiensi bahan bakar dan mengurangi perawatan.Generator angin dapat mencapai output 250W-500kW;namun, diperlukan medan angin yang stabil.Demikian pula, arus sungai yang sesuai dan stabil merupakan suatu keharusan bagi generator hidrolik.Selain itu, generator hidrolik mahal meskipun biaya operasinya relatif rendah.

BTS perlu menyediakan operasi 24/7.Mereka tidak hanya dipasang di daerah perkotaan, tetapi juga tersebar luas di berbagai lingkungan seperti gurun, pulau, mempertahankan puncak.Mereka tidak dijaga, dan memiliki tuntutan tinggi pada keandalan dan masa pakai catu daya.Array fotovoltaik surya mengubah sinar matahari langsung menjadi listrik;daya peralatan stasiun pangkalan dengan tegangan 48V melalui serial serta interkoneksi paralel modul fotovoltaik.Konversi energi bersifat statis, dan membutuhkan perawatan yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan generator yang mengandalkan pergerakan fisik bagian mekanis.Ini paling cocok untuk sistem catu daya area terpencil ketika beban lokasi stasiun pangkalan kurang dari 2kW.Keuntungan biaya dari sistem tenaga fotovoltaik semakin terasa dengan habisnya batubara dan minyak serta perluasan produksi sel surya yang berkelanjutan.

Sistem Tenaga Fotovoltaik untuk Stasiun Pangkalan

Sistem tenaga fotovoltaik untuk stasiun pangkalan terdiri dari modul fotovoltaik, kotak sambungan braket, pengontrol muatan, paket baterai dan inverter dan sebagainya.

Modul fotovoltaik biasanya menggunakan sel silikon monokristalin atau silikon polikristalin, dan sel tunggal memiliki tegangan keluaran 0,5V.Karena modul sebagian besar terdiri dari 72 buah sel surya secara seri, dua modul harus dihubungkan secara serial untuk mendapatkan tegangan keluaran mulai dari 43,2V hingga 56,4V.Modul dengan kapasitas yang relatif besar seperti 165W, 170W dan 175W lebih disukai.Jumlah modul yang terhubung paralel tergantung pada kapasitas beban dan sumber daya tenaga surya.

Modul fotovoltaik didukung oleh braket baja berlapis seng, yang memasang modul pada sudut tertentu.Sistem fotovoltaik independen harus ditempatkan pada sudut 10-20 derajat lebih tinggi dari garis lintang situs untuk radiasi matahari maksimum di musim dingin sehingga dapat mengurangi jumlah baterai dan biaya seluruh sistem tenaga.

Baterai akan mengisi beban ketika tenaga surya tidak cukup karena kekurangan sinar matahari, yang biasa terjadi pada siang dan malam hari hujan.Kapasitas grup baterai bergantung pada parameter seperti kapasitas muat, waktu cadangan, kedalaman pengosongan, persyaratan keselamatan, dan sebagainya.

Baterai OPzS dulunya menjadi pilihan sistem tenaga surya karena menggunakan pelat tubular positif yang dapat mencegah bahan aktif jatuh dan pelat negatif yang ditempelkan tebal yang memastikan masa pakai yang lama.Namun, OPzV dengan pelat tubular positif secara bertahap menjadi populer dalam beberapa tahun terakhir karena lebih sedikit perawatan yang diperlukan.

Pengontrol multi-saluran digunakan dalam manajemen pengisian / pengosongan, dan larik surya dibagi menjadi beberapa sub-larik, yang dihubungkan ke pengontrol melalui kotak sambungan.Saat baterai terisi penuh, pengontrol akan memotong sub-array surya satu per satu;kemudian baterai dan sisa sub-array fotovoltaik menyediakan daya untuk beban bersama-sama.Ketika tegangan baterai turun ke nilai yang ditetapkan, pengontrol akan menghubungkan kembali sub-array surya satu per satu untuk menyesuaikan tegangan dan arus pengisian baterai.

Studi kasus

Rasio elektrifikasi di Indonesia belum mencapai 100%, artinya masih banyak daerah yang belum teraliri listrik.Sebagai salah satu kunci pembangunan negara, kelistrikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan industri telekomunikasi.Dalam situasi seperti itu, sulit untuk menjamin keandalan jaringan telekomunikasi, khususnya pasokan listrik untuk base transceiver station (BTS).Untuk mengatasi kekurangan tersebut, sumber energi terbarukan yang tersedia secara lokal dapat menjadi solusi sebagai pemasok listrik untuk BTS.Studi ini mengusulkan penggunaan sistem fotovoltaik terintegrasi (PV) sebagai sumber listrik untuk BTS di daerah terpencil dan terisolasi di mana listrik dari jaringan tidak tersedia.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan sistem PV mampu memenuhi kebutuhan beban listrik BTS dan sangat layak dalam analisis finansial.Keluaran sistem PV yang dirancang mampu menghasilkan 1,16 kW, sedangkan beban BTS 1,15 kW.Kami menemukan bahwa sistem PV terintegrasi mampu menangani beban BTS.Secara ekonomi, biaya investasi untuk membangun sistem PV terjangkau karena keunggulan sistem PV yang mudah dalam perawatan dan pengoperasiannya.